BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.A.
Definisi floating
Floating system merupakan sistem mengapung pada lambung
berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki
densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System (FDDS) juga biasa disebut Hydrodynamically
Balanced System (HBS). FDDS/ HBS memiliki densitas bulk yang lebih rendah
daripada cairan lambung. FDDS tetap mengapung di dalam lambung tanpa
mempengaruhi motilitas dan keadaan dari lambung. Sehingga obat dapat dilepaskan
pada kecepatan yang diinginkan dari suatu sistem. Bentuk floating system banyak
diformulasi dengan menggunakan matriks matriks hidrofilik dan dikenal dengan
sebutan hydrodynamically balanced system (HBS), karena saat polimer
berhidrasi intensitasnya menurun akibat matriknya mengembang, dan dapat menjadi
gel penghalang di permukaan luar. Bentuk-bentuk ini diharapkan tetap dalam
keadaan mengapung selama tiga atau empat jam dalam lambung tanpa dipengaruhi
oleh laju pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari kandungan
gastrik. Hidrokoloid yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating adalah
cellulose ether polymer, khususnya hydroxypropyl methylcellulose (Moes,
2003).
II.A.2.
Kriteria formulasi floating
Kriteria tablet floating adalah :
·
Harus memiliki struktur
yang cukup untuk membentuk sebuah penghalang gel kohesif.
·
Harus menjaga berat
jenis keseluruhan lebih rendah dari isi lambung (1,004-1,010).
·
Harus perlahan
sehingga sesuai sebgai reservoir obat
Untuk merancang sediaan mengapung ada dua pendekatan yang
dapat digunakan. Yang pertama adalah pendekatan sistem bentuk sediaan tunggal
(seperti tablet atau kapsul), sedangkan yang kedua adalah pendekatan sistem
bentuk sediaan jamak (seperti granul atau mikrosfer).
a.
Bentuk sediaan tunggal
Sistem
yang seimbang secara hidrodinamis (Hydrodynamically Balance Systems =
HBS) yang dapat berupa tablet atau kapsul, dirancang untuk memperpanjang waktu
tinggal sediaan di dalam saluran cerna (dalam hal ini di lambung) dan
meningkatkan absorpsi. Sistem dibuat dengan menambahkan 20-75% b/b hidrokoloid
tunggal atau campuran ke dalam formula tablet atau kapsul.
Pada sistem ini akan dicampurkan bahan aktif obat,
hidrokoloid (20-75% dari bobot tablet) dan bahan bahan pembantu lain yang
diperlukan (pada umumnya proses pencampuran ini diikuti dengan proses
granulasi), selanjutnya granul dicetak menjadi tablet atau diisikan ke dalam
kapsul. Setelah dikonsumsi, di dalam lambung, hidrokoloid dalam tablet atau
kapsul berkontak dengan cairan lambung dan menjadi mengembang.
b.
Bentuk
sediaan jamak
Tujuan
merancang bentuk sediaan jamak adalah untuk mengembang kan suatu
formulasi yang handal yang memiliki semua keuntungan dan mengurangi kerugian
dari bentuk sediaan tunggal Sediaan jamak ini dapat berupa granul atau
mikrosfer yang mengandung komponen polimer yang dapat mengembang saat berkontak
dengan cairan lambung sehingga membentuk koloid penghalang yang mengendalikan
kecepatan penetrasi cairan ke dalam sistem dan kecepatan pelepasan obat dari
sistem sediaan. Adanya udara yang terperangkap dalam polimer yang mengembang
akan menurunkan bobot jenis sehingga mikrosfer dapat mengapung.
Bentuk sediaan jamak yang sudah
dikembangkan saat ini adalah mikrosfer yang menggunakan resin akrilat,
Eudragit, polietilenoksid, dan selulosa asetat Selain itu juga sudah
dikembangkan cangkang polistiren balon polikarbonat dan granul menngunakan
Gelucire
II.A.3. Bahan tambahan sediaan floating
1.
Hidrokoloid
(20% - 75%) : dapat berupa sintetik, anionik atau non-ionik seperti gom
hidrofilik, modifikasi derivat selulosa. Misalnya : Akasia, pektin, kitosan,
agar, kasein, bentonit, veegum, HPMC (K4M, K100M dan K15M), gom gellan
(Gelrite®), Na CMC, MC, HPC Bahan matriks yang sering digunakan adalah hydroxypropyl
methylcellulose (HPMC).
2.
Bahan
Lemak inert (5% - 75%): Edible, bahan lemak inert memiliki berat jenis kurang
dari 1 dapat digunakan untuk mengurangi sifat hidrofilik dari formulasi dan
sebaliknya dapat meningkatkan keterapungan. Misalnya : Beeswax (Cera), asam
lemak, lemak alkohol rantai panjang, Gelucires® 39/01 dan 43/01.
3.
Bahan
effervesent : NaHCO3, asam sitrat, asam tartrat, dinatrium glisin karbonat ,
Sitroglisin.
4.
Meningkatkan
kecepatan pelepasan (5% - 60%) : laktosa, manitol
5.
Memperlambat
kecepatan pelepasan (5% - 60%) Misalnya
: Dikalsium phospat, talk, magnesium stearat
6.
Bahan
meningkatkan keterapungan (di atas 80%), misalnya etil selulosa
7.
Bahan
densitas rendah : serbuk busa polypropilen (Accurel MP 1000®)
II.A.4.
Keuntungan dan kerugian sediaan floating
Keuntungan :
a.
Mengurangi
fluktuasi kadar obat dalam darah.
b.
Mengurangi
frekuensi pemberian.
c.
Meningkatkan
kepuasan dan kenyamanan pasien.
d.
Mengurangi
efek samping yang merugikan.
e.
Mengurangi
biaya pemeliharaan kesehatan.
Kelemahan :
a.
Biaya
produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional.
b.
Adanya dose
dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas secara
cepat.
c.
Sering
mempunyai korelasi in vitro – in vivo yang jelek.
d.
Mengurangi
fleksibilitas pemberian dosis.
e.
Efektifitas
pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi oleh lama tinggal di saluran cerna.
f.
Jika
penderita mendapat reaksi samping obat atau secara tiba–tiba mengalami
keracunan maka untuk menghentikan obat dari sistem tubuh akan lebih sulit
dibanding sediaan konvensional
g.
Tidak
dapat digunakan untuk obat yang memiliki dosis besar (500 mg).
Comments
Post a Comment