Lidah buaya ( Aloe vera L ) merupakan
tanaman perennial, daun berumpun, helai daun panjang, bentuk taji, daging
tebal, getas, tepi bergigi kecil, ujung runcing, pangkal memeluk batang,
permukaan berbintik-bintik, warna hijau, berkumpul di ujung batang. bunga
majemuk tandan, warna kuning kemerahan.Tanaman lidah buaya termasuk semak
rendah, tergolong tanaman yang bersifat
sukulen dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek, mempunyai
daun yang bersap-sap melingkar (roset). Panjang daun 40-90cm, lebar 6-13cm,
dengan ketebalan lebih kurang 2,5cm dipangkal daun, serta bunga berbentuk
lonceng.
1.
Klasifikasi
Dalam sistem tata
binomial, klasifikasi lidah buaya dijabarkan sebagai berikut:
a.
Nama umum
Indonesia
|
:Lidah buaya
|
Inggris
|
:Aloe, Medicinal aloe
|
Pilipina
|
:Sabila
|
Cina
|
:lu hui
|
b.
Nama khusus
·
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
·
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan
dengan pembuluh)
·
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan dengan
bunga)
·
Kelas: Liliopsida yakni tumbuhan
berkeping satu atau monokotil.
·
Ordo: Asparagales
·
Famili: Asphodelaceae
·
Genus: Aloe
·
Spesies: Aloe vera L.
2.
Morfologi
Lidah Buaya
a. Batang
Batang lidah buaya berserat atau
berkayu. Pada umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup
oleh daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, ada juga
beberapa spesies yang berbentuk pohon dengan ketinggian 3-5m. Species ini dapat
dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika. Melalui batang iniakan tumbuh tunas
yang akan menjadi anakan.
b. Daun
Seperti halnya tanaman berkeping satu lainya, daun lidah
buaya berbentuk tombak dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal tidak
bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin dipermukaan;
serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, atau lendir yang
mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung).
Di daun lidah buaya muda dan anak (sucker) terdapat bercak berwarna hijau pucat
sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya dewasa. Namuntidak
demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini
kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi
atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.
Terdapat Gel pada daun. Gel merupakan bagian daun terdalam yang berlendir. Gel
diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan. Dalam
gel ini terkandung sejumlah unsur-unsur antara lain : Air, karbohidrat,
lemak, dan beberapa vitamin. Komposisi lengkap silahkan lihat tabel dibawah ini
:
Komponen
|
Jumlah
|
Kadar
air
|
95 %
|
Karbohidrat
(g)
|
0.30
|
Kalori
(kal)
|
1.73-2.30
|
Lemak
(g)
|
0.05-0.09
|
Protein
(g)
|
0.01-0.06
|
Vitamin
A ( IU)
|
2.00-4.60
|
Vitamin
C (mg)
|
0.50-4.20
|
Thiamin
(mg)
|
0.003-0.004
|
Riboflavin
(mg)
|
0.001-0.002
|
Niasin
(mg)
|
0.038-0.040
|
Kalsium
(mg)
|
9.920-19.920
|
Besi
(mg)
|
0.060-0.320
|
Sumber :
Morsy (1991)
|
c. Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil
sepanjang 2-3cm, berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit berjungkai melingkari
ujung tangkai yang menjulang keatas sepanjang sekitar 50-100cm.
d. Akar
Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek
dengan akar serabut yang panjangnya bisa mencapai 30-40cm.
3.
Senyawa
kimia dari tanaman lidah buaya :
Daun
mengandung aloin, aloe-emodin, rhein, aloinoside A, B; barbaloin, isobarbaloin,
hormonatolin, aloesin, bradykininase, aloctin A. Aloe-emodin dan rhein, serta
polifenol berkhasiat sebagai laksatif ( pencahar/urus-urus ). Polisakarida
sebagai penyembuh luka dan dapat mengurangi reaksi peradangan. Bagian yang
digunakan adalah seluruh bagian dari tanaman lidah buaya.
Aloe vera mengandung lemak tak jenuh asam arakidonat dan
fosfatidilkoline dalam jumlah relatif besar.1)
Mengandung turunan Hidroksiantrasen (25-40% aloin A dan B); 3-4% 7-hidroksialoin A dan B; aloe-emodin, krisofanol, asam amino, sterol, tanin, polisakarida (pektin, glukoman, glukomanan).5)
Turunan kromon 8-C-glukosilkromon aloeresin B (aloesin), dan bentuk aglikon aloesone beserta turunan-turunannya aloeresin C. Ditemukan pula senyawa dengan bagian gula yang teresterifikasi dengan asam 4-hidroksisinamat.15)
Pada Aloe microdonta, selain aloin ditemukan pula microdontin A dan Microdontin B sebagai suatu senyawa baru.7)
Hasil penelitian terhadap 224 jenis aloe yang berasal dari Afrika dan Arab pada ekstrak daunnya ditemukan bahwa 48 tanaman mengandung alkaloid; 18 tanaman mengandung senyawa alkaloid turunan feniletilamin; 6 tanaman mengandung alkaloid inti piperidin.
Getah daun juga mengandung asam glutamiat , asam aspartit, serine, asparagin.10)
Mengandung turunan Hidroksiantrasen (25-40% aloin A dan B); 3-4% 7-hidroksialoin A dan B; aloe-emodin, krisofanol, asam amino, sterol, tanin, polisakarida (pektin, glukoman, glukomanan).5)
Turunan kromon 8-C-glukosilkromon aloeresin B (aloesin), dan bentuk aglikon aloesone beserta turunan-turunannya aloeresin C. Ditemukan pula senyawa dengan bagian gula yang teresterifikasi dengan asam 4-hidroksisinamat.15)
Pada Aloe microdonta, selain aloin ditemukan pula microdontin A dan Microdontin B sebagai suatu senyawa baru.7)
Hasil penelitian terhadap 224 jenis aloe yang berasal dari Afrika dan Arab pada ekstrak daunnya ditemukan bahwa 48 tanaman mengandung alkaloid; 18 tanaman mengandung senyawa alkaloid turunan feniletilamin; 6 tanaman mengandung alkaloid inti piperidin.
Getah daun juga mengandung asam glutamiat , asam aspartit, serine, asparagin.10)
Molekul barbaloin
C21H22O9 berkembang
dari molekul aloe-emodin yang berikatan dengan molekul glukosa, merupakan
kristal kuning muda, jarak lebur148-149oC. Di udara segera
menjadi bentuk hidrat C21H22O9H2O yang berjarak lebur 70-80oC.
Barbaloin sedikit berbau Aloe, rasanya pahit. Kelarutan dalam Pyridin 57%,
dalam asam asetat glasial 7,3% dalam metanol 5,4%, dalam aseton 3,2%, dalam
metil asetat 2,8%, dalam alkohol 1,9%, dalam air 1,8%, dalam propanol 1,6%,
dalam etil asetat 0,78%, dalam isopropanol 0,27%. Sangat sukar larut dalam
isobutanol, kloroform, karbon disulfida dan eter. Dalam pembuatan sediaan
farmasi, senyawa ini tidak cocok (incomp) bila dicampur bersama alkali
hidroksida, tannin dan feri klorida.
Khasiatnya untuk urus-urus (laxative). Dalam hal ini efeknya lebih lemah dibanding daging daun Lidah buaya itu sendiri.14)
Aloe-emodin atau
3-hidroksimetilkrisazin, C15H10O5 dalam bentuk bebas terkandung dalam Aloe Sp. (Lidah
Buaya), Rheum Sp. (Kelembak) dan Cassia Sp. (daun senna & Ketepeng). Berupa
jarum orange, hasil rekristalisasi toluen, dengan jarak lebur 223-224oC.
Akan menyublim dalam lingkungan gas CO2. Sangat mudah larut dalam alkohol
panas, eter, benzena dengan membentuk larutan warna kuning. Juga larut dalam
ammonia, air dan asam sulfat dengan membentuk warna krimson. Di bidang farmasi
digunakan sebagai laxativ (urus-urus).
Krisofanol atau 3-metilkrisazin, C15H10O4 juga terkandung dalam bentuk bebas dalam tanaman-tanaman Aloe Sp. (Lidah Buaya), Rheum Sp. (Kelembak), Cassia Sp. (daun senna & Ketepeng), serta beberapa species Rumex Sp. Berupa kristal heksagonal atau monosiklik, hasil rekristalisasi alkohol atau benzena, titik leburnya 196oC, mudah menyublim. Resapan maksimum pada panjang gelombang 226, 256, 278, 288 dan 436 µm.
Krisofanol atau 3-metilkrisazin, C15H10O4 juga terkandung dalam bentuk bebas dalam tanaman-tanaman Aloe Sp. (Lidah Buaya), Rheum Sp. (Kelembak), Cassia Sp. (daun senna & Ketepeng), serta beberapa species Rumex Sp. Berupa kristal heksagonal atau monosiklik, hasil rekristalisasi alkohol atau benzena, titik leburnya 196oC, mudah menyublim. Resapan maksimum pada panjang gelombang 226, 256, 278, 288 dan 436 µm.
Praktis tidak larut
dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin, sangat mudah larut dalam alkohol
mendidih, larut dalam benzena, kloroform, eter, asam asetat glasial, aseton,
larutan alkali dan dalam larutan alkali karbonat. Sangat sukar larut dalam
petroleum eter. Bila krisofanol berikatan dengan glukosa akan membentuk
glukosida krisofaniin, C21H20O9, berupa jarum kuning halus, jarak lebur 248-249oC. Sukar larut dalam air panas,
praktis tidak larut dalam air dingin, kloroform, eter, larut dalam piridin.
Komposisi lipida non-polar dalam
Aloe vera.1)
Komposisi
|
Kadar
(%)
|
Kolesterol
|
12,50
|
Stigmasterol
|
18,40
|
Stigma stearat
|
21,30
|
Metil oleat
|
7,10
|
Triolein
|
2,00
|
Asam oleat
|
1,30
|
Komposisi lipida polar dalam Aloe
vera.1)
Komposisi
|
Kadar
(%)
|
Phospatidil choline
|
12,05
|
Phospatidil etanolamin
|
12,03
|
Asam Phospatidil
|
47,30
|
Phospatidil serin
|
6,50
|
Phospatidil inositol
|
2,70
|
Lisophospatidil
|
1,20
|
Spingomielin
|
4,20
|
Sulfoquinovosil diglyserida
|
16,80
|
Khasiat
Lidah Buaya
Lidah buaya
memiliki khasiat sebagai laksatif atau sebagai pencahar, anti inflamasi ( anti
radang ), peluruh haid, dan parasitiside.
Toksisitas :
Aloe vera
menyebabkan pencahar, jika digunakan membuat diare dan kram usus. Ibu hamil di
larang menggunakan aloe vera karena akan merangsang kontraksi usus. Ibu
menyusui tidak boleh karena menyebabkan rasa sakit akibat kram lambung pada
bayinya. Toksisitas
Pada pemakaian jangka panjang, akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan elektrolit dalam tubuh, hingga terjadi defisiensi ion kalium dan natrium, sangat berbahaya terutama dalam kondisi bersama-sama menggunakan glikosida jantung.15)
Pada pemakaian jangka panjang, akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan elektrolit dalam tubuh, hingga terjadi defisiensi ion kalium dan natrium, sangat berbahaya terutama dalam kondisi bersama-sama menggunakan glikosida jantung.15)
Efek biologik
Penggunaan secara lokal ekstrak daun
dapat berefek anaestetik, membunuh mikroba, dan meningkatkan mikrosirkulasi dan
untuk penyembuhan chronic skin ulcer, stasis dermatits.
Ekstrak etanol gel
Lidah buaya dapat mempercepat penghentian perdarahan secara topikal.5)
Daging daun mengandung turunan glikosida antraquinon yang berefek sebagai pencahar, antara lain barbaloin, ß-barbaloin, Homonatloin. Efek sebagai pencahar ini lebih kuat dibanding Cascara sagrada, Cassia senna (Sennae Folium atau Daun Sena), Rheum officinale (Rhei Radix atau Akar Kelembak), dan Cassia alata (Ketepeng Kebo). Terjadinya efek laksan ini diakibatkan oleh adanya pelepasan elektrolit dan air ke dalam lumen dari usus yang menghambat terjadinya reabsorpsi dalam colon, hingga adanya pertambahan volume di dalam usus akan memacu terjadinya peristaltik.
Teori mekanisme aksi yang lain terjadi pada senyawa-senyawa dalam bentuk aglikon (yang lebih dikenal emodin) setelah dipecah ikatan glikosida oleh bakteri usus (Entamoeba coli) akan direduksi menjadi bentuk antron atau antranol dan akan merangsang sekresi mukosa usus, menghambat reabsorbsi air mineral akhirnya meningkatkan peristaltik usus; berefek laksansia. 9,11)
Turunan feniletilamin dapat mempengaruhi aktivitas fisiologik hewan-hewan predator.10)
Efek yang tidak diinginkan
Jangan digunakan pada saat terjadi radang perut/usus, karena akan terjadi iritasi pada mukosa yang menyebabkan mual/muntah.
Lidah buaya atau kandungan senyawa aktifnya tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil, karena adanya refleks pemacu peristaltik pada uterus, dikuatirkan akan mengakibatkan terjadinya keguguran janin. Juga tidak dianjurkan diberikan pada wanita menyusui, karena bentuk bebas dari agliko larut dalam ASI, hingga mengakibatkan bay yang bersangkutan mencret.15)Selama pengobatan air seni akan berwarna merah.
Dosis
50-250 mg ekstrak kering dari daging daun dilarutkan dalam air.
10-60 mg sebagai aloin NF, BP.9,15)
Reaksi identifikasi
Daging daun Lidah buaya ditetesi de-ngan larutan ammonia atau larutan natrium hidroksida atau larutan Kalium Hidroksida akan memberikan warna merah, menunjukkan terjadinya reaksi senyawa Antraquinon dengan basa, dan apabila dilihat di bawah lampu ultra violet akan memberikan fluoresensi hijau terang.
Larutan daging daun dalam alkohol dengan pereaksi ferri klorida akan memberikan warna hijau kecoklatan 11)
Reaksi Schonteten : campurkan ekstrak dengan 45 ml air dan 20 ml larutan natrium borate (5%), lihat di bawah lampu ultraviolet, maka campuran akan berfluoresensi hijau bagian atas tabung dan secara bertahap (gradasi) akan berfluoresensi coklat pada dasar tabung.
Reaksi Borntrager : campurkan ekstrak dengan 100 ml air lalu tambahkan benzena sambil digojog, lapisan benzena ditambah ammonia, terjadi warna merah.
Dengan asam nitrat akan memberikan warna hijau. 4)
Sediaan Farmasi
Daging daun mengandung turunan glikosida antraquinon yang berefek sebagai pencahar, antara lain barbaloin, ß-barbaloin, Homonatloin. Efek sebagai pencahar ini lebih kuat dibanding Cascara sagrada, Cassia senna (Sennae Folium atau Daun Sena), Rheum officinale (Rhei Radix atau Akar Kelembak), dan Cassia alata (Ketepeng Kebo). Terjadinya efek laksan ini diakibatkan oleh adanya pelepasan elektrolit dan air ke dalam lumen dari usus yang menghambat terjadinya reabsorpsi dalam colon, hingga adanya pertambahan volume di dalam usus akan memacu terjadinya peristaltik.
Teori mekanisme aksi yang lain terjadi pada senyawa-senyawa dalam bentuk aglikon (yang lebih dikenal emodin) setelah dipecah ikatan glikosida oleh bakteri usus (Entamoeba coli) akan direduksi menjadi bentuk antron atau antranol dan akan merangsang sekresi mukosa usus, menghambat reabsorbsi air mineral akhirnya meningkatkan peristaltik usus; berefek laksansia. 9,11)
Turunan feniletilamin dapat mempengaruhi aktivitas fisiologik hewan-hewan predator.10)
Efek yang tidak diinginkan
Jangan digunakan pada saat terjadi radang perut/usus, karena akan terjadi iritasi pada mukosa yang menyebabkan mual/muntah.
Lidah buaya atau kandungan senyawa aktifnya tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil, karena adanya refleks pemacu peristaltik pada uterus, dikuatirkan akan mengakibatkan terjadinya keguguran janin. Juga tidak dianjurkan diberikan pada wanita menyusui, karena bentuk bebas dari agliko larut dalam ASI, hingga mengakibatkan bay yang bersangkutan mencret.15)Selama pengobatan air seni akan berwarna merah.
Dosis
50-250 mg ekstrak kering dari daging daun dilarutkan dalam air.
10-60 mg sebagai aloin NF, BP.9,15)
Reaksi identifikasi
Daging daun Lidah buaya ditetesi de-ngan larutan ammonia atau larutan natrium hidroksida atau larutan Kalium Hidroksida akan memberikan warna merah, menunjukkan terjadinya reaksi senyawa Antraquinon dengan basa, dan apabila dilihat di bawah lampu ultra violet akan memberikan fluoresensi hijau terang.
Larutan daging daun dalam alkohol dengan pereaksi ferri klorida akan memberikan warna hijau kecoklatan 11)
Reaksi Schonteten : campurkan ekstrak dengan 45 ml air dan 20 ml larutan natrium borate (5%), lihat di bawah lampu ultraviolet, maka campuran akan berfluoresensi hijau bagian atas tabung dan secara bertahap (gradasi) akan berfluoresensi coklat pada dasar tabung.
Reaksi Borntrager : campurkan ekstrak dengan 100 ml air lalu tambahkan benzena sambil digojog, lapisan benzena ditambah ammonia, terjadi warna merah.
Dengan asam nitrat akan memberikan warna hijau. 4)
Sediaan Farmasi
- Aloe Tincture : dibuat dengan jalam maserasi 10% b/v
daun Lidah buaya ditambah 20% b/v larutan glysirrhiza dalam
alkohol.11)
- Aloe Extract Siccum : ekstrak kering daun Lidah
buaya.2)
- Extractum Colocynthidis Compositum.2)
Pustaka
- Afzal M., Ali M., Hassan R. A. H., Sweedan N., Dhami
M.S.I., 1991, "Identification of some Prostanoids in Aloe vera
Extracts"., Planta Med., Vol 57, p. 38-40.
- Anonim, 1916, The Pharmacopoeia of the United States of
America., 9th Ed., P. Blakiston's Son & Co., Philadelphia.
- Backer, C.A. and Bakhuizen, R.C.B., 1968., Flora of
Java., Vol II & III, P. Noordhoff, Groningen.
Comments
Post a Comment