LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
PERCOBAAN I
PEMBERIAN OBAT PADA
BINATANG PERCOBAAN dan PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT
NAMA : MICHAEL ARGASIO.S
NIM : 12330099
JURUSAN : FARMASI
LABORATORIUM
FARMAKOLOGI
INSTITUT SAINS DAN
TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2014
PERCOBAAN 1
I. PENDAHULUAN
I.
Judul
KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT PADA BINATANG PERCOBAAN dan PENGARUH
CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT
II.
Tujuan Percobaan
Mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan berbagaicara
pemberian obat terhadap hewan uji dan cara memperlakukan hewan uji.
Dan mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan berbagai cara
pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya, menggunakan data farmakologi
sebagai tolak ukurnya.
III.
Prinsip
Perlakuan Terhadap hewan coba Untuk mengetahui penanganan dan
pemberian obat secara Oral, Subkutan, Intravena, Intra muscular, dan Intra
Peritoneal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.I. Dasar Teori
Abrobsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian
kedalam darah. Bergantungpada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah
saluran cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
(Farmakologi dan Terapi edisi revisi 5, 2008)
Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai
barier absorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua
membran sel epitel saluran cerna , yang seperti halnya semua membran sel
ditubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian , agar dapat melintasi
membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah
terlebih dulu larut dalam air). (Farmakologi dan Terapi edisi revisi 5, 2008).
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang
kedokteran atau biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai
model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu,
antara lain persyaratan genetis atau keturunan dan lingkungan yang memadai
dalam pengelolaannya, disamping factor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.
(Tjay,T.H dan Rahardja,K, 2002).
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu
pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah
berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil)
serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau
hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan
penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang
memegangnya. (Katzug, B.G, 1989).
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah
lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal,
intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat
yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui
intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses
penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi
reseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui
hidung dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar
penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan
obat selama proses penyerapan akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan
kegagalan pengobatan. ( Siswandono dan Soekardjo, B., 1995).
Pada literature dijelaskan bahwa onset paling cepat adalah
intraperitonial, intramuscular, subkutan, peroral. Hal ini terjadi karena :
-
Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat langsung masuk
ke dalam pembuluh darah.
-
Intramuscular mengandung lapisan lemak yang cukup kecil sehingga obat akan terhalang
oleh lemak sebelum terabasorbsi.
- Subkutan
mengandung lemak yang cukup banyak.
- Peroral
disini obat akan mengalami rute yang panjang untuk mencapai reseptor karena
melalui saluran cerna yang memiliki banyak factor penghambat seperti protein
plasma.
Cara-cara Pemberian obat :
- Oral,
karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang dan banyak factor
penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat
lebih cepat. Digunakan alat penahan rahang dan pipa lambung.
- Intravena, yang
di pilih adalah vena marginalis. Penyuntikan dilakukan pada daerah dekat ujung
telinga atau pada bagian ekor . sebelumnya di berikan alkohol.
-
Intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah sehingga efek
yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena obat
di metabolisme serempak sehingga durasinya agak cepat. Penyuntikan dilakukan
pada garis tengah di muka kandung kencing.
-
Intramuscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak sehingga obat akan
konstan dan lebih tahan lama. Dilakukan pada otot kaki belakang.
-
Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga durasi lebih lama
disbanding intramuscular. Pemberian obat pada kulit di sisi sebelah pingang
atau bagian tengkuk.
III. PERCOBAAN DAN HASIL PENGAMATAN
III.1. Bahan dan Alat yang digunakan
1.
Bahan
1) AQUA dest
2) Alkohol 70 %
2.
Alat
1) Spuit injeksi dan jarum (1-2
ml)
2) Jarum berujung tumpul (untuk
per oral)
1.
Hewan Uji : Mencit
atau tikus
III.2. Cara Kerja
PERCOBAAN Pemberian secara INTRAVENA.
1.
Penanganan Hewan coba
·
Mencit
-
Angkat mencit dari
kandang dengan mengangkat ekor 3-4 cm dari pangkal ekor.
-
Diletakkan di atas
kawat atau permukaan kasar
-
Lalau tangan kiri
menjepit tengkuk diantara telunjuk dan ibu jari dan di pindahkan ekor ke jari
manis dan kelingking
-
Mencit siap di
perlakukan.
·
Tikus
-
Angkat tikus dari
kandang dengan mengangkat ekor dengan tangan kanan
-
Lalu letakkan tangan
kiri ke punggung kea rah kepala. Lalu di sisipkan kepala di antara jari
telunjuk dan jari tengah.
-
Sedangkan jari lain di
selipkan di sekitar perut sehingga kaki depan kiri dan kanan berselip di jari
-
Tikus siap di
perlakukan.
2.
Pemberian secara Intra
vena
·
Tiap kelompok mendapat
3 mencit dan 3 tikus.
·
tandai serta ditimbang
berat badan mencit dan tikus.
Mencit 1 : Tikus
1 :
Mencit 2 : Tikus
2 :
Mencit 3 : Tikus
3 :
·
lalu masukkan mencit
dan tikus ke dalam tempat khusus.
·
Oleskan alcohol ke
bagian ekor sampai terlihat bagian pembuluh intravena.
·
Suntik sampai cairan
habis 0.5 ml untuk mencit.
·
lalu amati dan catat
reflex mencit dan tikus.
IV. HASIL PERCOBAAN
Batas
maksimal (ml) untuk rute pemberian
|
|||||
HEWAN
Percobaan
|
|||||
IV
|
IM
|
IP
|
SK
|
Oral
(PO)
|
|
Mencit
|
0.5
|
0.05
|
1
|
0.5
|
1
|
Tikus
|
1
|
0.1
|
3
|
2
|
5
|
kelinci
|
3-10
|
0.5
|
10
|
3
|
20
|
V. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui cara
pemberian obat pada binatang percobaan dan untuk mengetahui pengaruh cara
absorpsi obat yang diberikan pada mecit dan tikus.
metode yang dipakai untuk
mengetahui pengaruh cara absorpsi obat yang diberikan pada mecit dan tikus yaitu, INTRAVENA. metode diberikan pada 3
mecit dan 3 tikus dihitung berapa lama akolasi waktu mengalami masa tenang,
tidur dan bangun kembali dengan stopwatch.
kekurangan atau kelebihan dosis obat yang diberikan pada mencit,
dan kondisi mencit yang strees karena tidak mendapatkan perlakuan yang baik
sebelum pemberian obat.
Keuntungan rute ini adalah :
ü cairan volume cepat dapat di suntikan relative lebih cepat
ü efek sistemik dapat segera dicapai.
ü Dalam situsi darurat.
Kerugian rute ini adalah :
ü Gangguan kardiovaskuler dan pulmonary dari peninggkatan volume cairan
dalam system sirkulasi mengkuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah
besar
ü Perkembangan potensial trombophlebitis.
ü Kemungkinan infeksi local atau sistemik dari kontaminasi larutan atau
teknik injeksi septic.
ü Pembatasan cairan berair.
VI. KESIMPULAN
1.
Metode untuk
mengetahui pengaruh cara absorpsi obat yang diberikan pada mecit dan tikus
yaitu, INTRAVENA.
2.
Hewan mencit atau
tikus sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan karena metabolisme
tubuh mencit yang berlangsung cepat.
3.
Adsorbsi cepat
tercapai karena langsung masuk ke dalam pembuluh darah vena.
A.
Pertanyaan
1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian
mencit, tikus?
Jawab :
Keuntungan :
Mencit
|
Tikus
|
Mudah
Ditangani
|
Mudah
Ditangani
|
Mudah
dikembangbiakan
|
Mudah
dikembangbiakan
|
Mudah
dipelihara
|
Mudah
dipelihara
|
Reaksi
obat yang diberikan cepat memberikan efek
|
Reaksi
obat yang diberikan cepat terlihat
|
Kerugian :
Mencit
|
|
Aktivitas
terganggu bila ada manusia
|
Lebih
resisten terhadap infeksi
|
Untuk
pemberian oral agak sulit dilakukan
|
Agresiv
|
2. Mencit adalah hewan yang paling banyak
digunakan dalam eksperimen laboratorium, mengapa ?
Jawab :
Karena mencit
memiliki kesamaan secara fisiologi dengan manusia maupun hewan lainnya, seperti
hewan mamalia sehingga cocok digunakan sebagai hewan penelitian. Selain itu
mudah dalam penanganan, siklus hidup pendek, pengadaan hewan yang tidak sulit,
dan pola reproduksi mencit yang singkat.
·
Banyak gennya tikus relatif mirip dengan manusia.
·
Dalam binatang menyusui (mamalia)
·
Kemampuan berkembangbiak tikus sangat tinggi, relatif cocok untuk
digunakan dalam eksperimen massal.
·
Tipe bentuk badan tikus kecil, mudah dipelihara dan obat yang digunakan
di badannya dapat relatif cepat termanifestasi.
3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan
dalam memilih spesies hewan percobaan untuk suatu penelitian laboratorium yang
bersifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus ?
Jawab :
·
Mudah untuk
dipelihara
·
Menggunakan hewan
yang dapat berproduksi secara cepat dan banyak
·
Perhitungan
dewasa kelamin harus tepat
·
Tingkat kematian
hewan rendah
·
Jumlah konsumsi
pakan dan minum
·
Memperhatikan
umur penyapihan
·
Memperhatikan
rasio kawin
4. Kemukakan 3 faktor lain yang dapat
memodifikasi respon hewan percobaan terhadap obat dengan memberikan
contoh-contoh ?
Jawab :
Dosis, konsentrasi, dan takaran
pemakaian
Contohnya
benzodiazepine, yang diberikan dengan maksud untuk efek antiansietas atau
hipnotik sedatif. Jika dosis, konsentrasi atau takaran pemakaian tidak
diberikan secara tepat atau bahkan melebihi yang ditentukan dapat menunjukkan
reaksi paradoksal seperti, perilaku agresif dan hiperaktif.
Kloramfenikol
yang diberikan untuk pencegahan infeksi, dalam dosis atau takaran yang berlebih
dapat menyebabkan keracunan fatal akibat belum aktifnya enzim-enzim dihati
sehingga bersifat toksik.
5. Bagaimana secara teoritis atau praktis
pengaruh faktor – faktor ini turut di perhatikan ketika memberi obat pada
seseoran ?
Jawab :
Jika dosis,
konsentrasi dan takaran pemakaian tidak diberikan secara tepat dan sesuai
prosedur kepada seseorang, maka efek terapi obat tidak akan tercapai. Bahkan
jika itu diberikan melewati batas yang ditentukan bisa menyebabkan efek
toksivitas terhadap seseorang. Jadi salah satu factor tersebut harus
diperhatikan ketika memberikan obat kepada seseorang.
Comments
Post a Comment